Semua orang berharap punya perjalanan cinta semulus jalan tol.
Padahal cinta, tuh, punya ‘jalan tikus’ masing-masing. Kalau mau selamat
sampai ‘tujuan’ (hidup bahagia selamanya dengan pasangan!) jangan lupa
taati ‘aturan mainnya’, dong!
Jangan pesimis!
Sudah lama naksir cowok di kampus atau rekan kerja tapi takut
bertepuk sebelah tangan? Atau si dia belum juga menunjukkan tanda-tanda
bakal ‘nembak’ kita meski sering menghabiskan waktu bersama? Jangan
putus asa dulu, dong.
Sikap pesimis bakal mempengaruhi cara kita merespons kata-kata dan
sikap si dia. Misalnya, gebetan nggak membalas telepon atau SMS, lalu
kita menyimpulkan bahwa dia pasti menghindar. Akibatnya, dia jadi tambah
jauh, deh.
Dalam setiap usaha, kita kudu optimis!
Jangan hanya pasrah – diam dan menunggu terus bisa bikin dia ikutan ragu
terhadap perasaan kita. Coba pancing gebetan untuk menyatakan
perasaannya terhadap kita. Mau hasilnya positif atau negatif, yang
penting kita nggak penasaran lagi, kan….
Mau tauuu aja …
Setelah jadian, kita menganggap bahwa si dia adalah milik kita.
Kekuatan pikiran tadi membuat kita selalu mengontrol semua hal yang
dilakukan pacar. Bahkan saking ingin tahunya, kita merasa wajib mengecek
SMS dan daftar telepon si dia.
Walaupun statusnya pacaran, bukan otomatis kita jadi ‘bayangan’ si
dia. Biarkan pacar punya privacy dengan barang atau kegiatannya sendiri.
Ada, kok, hal-hal yang nggak perlu kita campuri. Jadi wajar juga, tuh,
kalau si dia nggak mengizinkan kita ikut-ikutan.
Seandainya pacar nggak mau kasih tahu obrolannya bareng
teman-temannya saat reuni kemarin, jangan cemberut dulu. Mungkin kalau
diceritakan pun kita nggak ngerti – ingat, kan, kita malas berbagi gosip
dengan si dia karena responsnya selalu datar? Lagipula sikap mau tahu
yang berlebihan bakal membuatnya gerah.
Nggak selalu sama
Saat pdkt atau pacaran kita berusaha memahami hingga menyatukan
karakter si dia. Terbentur perbedaan visi atau misi, sih, biasa. Makanya
jangan keburu mengeluh ketika bertengkar hanya gara-gara beda pendapat
tentang masalah sepele, misalnya cara berpakaian.
Coba ambil jalan keluar dari semua perbedaan antara kita dan si dia.
Tapi harus diingat, jangan selalu meminta dia berubah sesuai keinginan
kita tanpa introspeksi diri. Lama-lama si dia bisa berontak dan
ujung-ujungnya berantem lagi, hiks….
Mengerti dan mau kompromi bukan berarti kita kalah. Percaya, deh,
dalam setiap perbedaan pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil. Kalau
semua perbedaan sudah berhasil dilewati, maka hubungan kita pasti tambah
lengket, deh!
Seimbang, dong!
Ayo ngaku, masa pacaran membuat kita merasa dunia milik kita dan si
dia. Hang out bareng teman atau menghadiri acara keluarga bukan
prioritas lagi. Kita sering melewatkannya demi jadwal nonton bersama si
dia.
Tanpa disadari kita semakin jauh dari teman dan keluarga. Begitu
bertengkar dengan pacar, baru, deh, kelimpungan sendiri karena nggak ada
seorang pun mau mendengar keluh-kesah kita.
Kita tetap butuh orang lain, kok, meski punya pacar yang (katanya)
selalu ada buat kita. Makanya penting bersikap adil untuk segala aspek
dalam kehidupan kita. Pergi bersama teman dan keluarga nggak kalah seru –
apalagi kalau semua puas dan senang!
Hati-hati, deh!
Ketika merasa dekat dengan seseorang, biasanya kita nyaman untuk
menjadi diri sendiri. Nggak ada yang namanya malu-malu lagi buat curhat,
bercanda, atau nangis di depan pacar. Meski sudah lama menjalin
hubungan dengan si dia yang penyabar, urusan mulut harus tetap dijaga.
Saat kesal atau PMS, kita nggak boleh berbicara kasar – sampai
membawa ‘kebun binatang’ – kepadanya. Selain nggak sopan, biasanya dapat
menyulut pertengkaran baru. Lebih baik dinginkan kepala sebelum
mengucapkan sesuatu karena sekali keluar kita nggak bisa menariknya
lagi.
Untuk menghindari hal-hal yang nggak diinginkan, kita kudu hati-hati
mengucapkan sesuatu – kepekaan juga kudu diasah, nih. Misalnya dia lagi
terlihat uring-uringan, simpan dulu niat untuk menceritakan mantan yang
kembali menghubungi kita. Saling menjaga omongan dan perasaan satu sama
lain bikin hubungan lebih awet.
Kasih kesempatan
Dalam hidup, kita pasti bertemu dengan orang yang dominan, atau
sebaliknya, pihak yang nrimo. Untuk urusan membina hubungan, sih, jangan
sampai keduanya bertemu karena nggak bakal sukses.
Apa asyiknya punya pacar yang langsung setuju terhadap semua
keinginan kita? Yang benar, hubungan seharusnya berlangsung dua arah dan
timbal-balik. Jangan sampai ada pihak merasa tertindas dan terpaksa
meng-ikuti kemauan yang lain.
Biasakan melakukan komunikasi efektif dan kompromi
sehingga kita tahu apa yang diinginkan pasangan. Sekali-sekali beri
kesempatan, dong, kepada pacar untuk berbicara atau membuat keputusan.
Pengen intip masa lalu?
Kalau ‘melihat’ masa lalu, ingatnya, tuh, kita mengambil yang baik
dan jauh-jauh dari yang buruk. Tapi kalau mantan tiba-tiba muncul, pasti
susah banget menolaknya. Apalagi kalau sekarang dia mendadak
‘berkilau’.
Tapi tunggu dulu! Berhubung status kita bukan lagi jomblo, jangan
beri kesempatan mantan mengusik hubungan kita dengan pacar, deh. Seindah
apapun masa pacaran yang pernah kita jalani dulu, nggak mutu, ah, kalau
membandingkan antara si dia dan mantan.
Lebih baik fokus pada hubungan yang sedang kita jalani. Toh, mantan
sudah kita beri kesempatan di masa lalu, dan biarkan di situ saja ….
Dilarang selingkuh!
Dari cinta monyet
sampai cinta kingkong, aturan dilarang selingkuh pasti ada – dan
mutlak! Ngapain susah-payah jadian kalau nggak bisa menolak godaan?
Dengan berkomitmen, berarti kita harus siap mengakhiri hobi flirting
atau menerima tantangan dari teman untuk mendekati seorang cowok, dong.
Makanya kalau memang nggak mau berkomitmen, jangan coba-coba menjalani
hubungan terikat seperti pacaran atau tunangan – apalagi menikah.
Sst… penting juga, nih, mengetahui batasan si dia tentang definisi
selingkuh. Jangan-jangan melihat cowok ganteng sudah dicap ’selingkuh
mata’ lagi. Waduh….
Sampai jumpa!
Rasa jenuh akibat banyaknya pertengkaran dan perbedaan mungkin sering
terjadi dalam hubungan kita. Tapi nggak bisa dijadikan alasan untuk
meninggalkan pacar begitu saja tanpa pemberitahuan.
Kalau hanya memikirkan perasaan sesaat, 99%, sih, kita akan menyesal
nantinya sangat tinggi. Pikirkan dulu matang-matang dan berusaha
maksimal untuk menghilangkan kejenuhan tadi sebelum membuat keputusan
final.
Coba juga pergi bersama si dia ke tempat bersejarah, misalnya pertama
kali kencan atau lokasi ‘penembakan’ dulu. Siapa tahu kita jadi ingat
alasan kenapa mau jadian dengannya. Kalau tidak membantu, ajak si dia bicara serta memecahkan ‘masalah’ yang menganggu kita selama ini.
Stop!
Kita kudu berani bilang tidak, termasuk kepada orang yang paling kita
cintai. Apalagi kalau si dia berani memaksa kita melakukan hal yang
nggak hanya merugikan kita, tapi juga merugikan sekitar, seperti memakai
drugs, melakukan seks sebelum nikah, atau mencuri uang orangtua kita
sendiri. Kuatkan prinsip sehingga kita nggak pernah melakukannya.
Jangan percaya, deh, saat pacar mulai mengatasnamakan cinta. Sikap
egois seperti itu hanya menunjukkan kalau dia tidak baik untuk kita.
Cepat-cepat ambil seribu langkah buat menjauhinya, deh.
Si dia tetap mengejar dan memaksa? Nggak perlu ragu lagi minta
bantuan orangtua, sahabat, bahkan polisi untuk menjauhkannya.
Selanjutnya, buka lebar-lebar hati kita untuk menerima cowok yang lebih
pantas bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar